Kamis, 05 Juni 2014

GERRIT SINGGIH: Sang Guru dari Labuang Baji


Judul                 Gerrit Singgih
Subjudul          Sang Guru dari Labuang Baji
No. ISBN        978-979-687-801-7
Kode Buku      10 60 00 04 00
Ukuran            14,5 x 21 cm
Tebal                xiv + 222 = 236 hlm

Harga               Rp46.000    

Daftar Isi
Kata Pengantar
1. Teologi dan Filsafat di "Tangan" Pdt. Prof. Dr. Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D. (Pdt. Wahju
S. Wibowo, M.Hum., M.A.)
2. Sekilas Pandang tentang Pdt. Prof. Dr. Emanuel Gerrit Singgih Dan Tafsirannya—Di
Kelas dan di Buku: Sebuah Catatan Ringan (Pdt. Daniel K. Listijabudi, M.Th.)
3. Dahulu "Kak", Sekarang "Pak": Mencoba Memahami Arti Persahabatan dengan Emanuel
Gerrit Singgih (Pdt. Firman Panjaitan, M.Th.)
4. Membangun Teologi Publik: Bertamasya ke Panorama Refleksi Kritis Pemikiran Politik
Pdt. Prof. Dr. Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D. (Pdt. Dr. Victorius A. Hamel, S.Th., M.Si.)
5. Ga’ Pake Judul (Pdt. Jan Calvin Pindo, S.Th.)
6. Tidak Terpaku pada Pola-pola Formalistik: Upaya Revitalisasi dan Refungsionalisasi
Warga Gereja GPIB dalam Masyarakat (Pdt. Dr. Jozef M.N. Hehanussa, M.Th.)
7. Praktik Pelayanan Pastoral Gereja-gereja di Indonesia: Tanggapan atas Pemikiran Pdt.
Prof. Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D. (Pdt. Besly J.T. Messakh, M.Th. )
8. Teologi Praktis-Empiris, Pembangunan Jemaat, dan Relevansi Pemikiran Pdt. Prof. Dr.
Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D. (Pdt. Handi Hadiwitanto, M.Th.)
9. Mimpi Alternatif: Jelajah Kritik Pascamodern Pdt. Prof. Dr. Emanuel Gerrit Singgih,
Ph.D. terhadap Misi Pelayanan Gereja (Novelina Laheba, S.Th., M.Hum.)
10. Budaya Malu sebagai Konteks "Doing Theology" di Indonesia (Dr. Djoko Prasetyo A.W.)
11. Apa Kata Laki-laki tentang Perempuan dan Gerakan Mereka: Suatu Tanggapan terhadap
Pandangan Pdt. Prof. Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D. (Pdt. Dr. Asnath N. Natar, M.Th. C)
EGS di Mata Mahasiswanya
Biodata Penulis


Sinopsis
Buku ini terdiri 11 tulisan tunggal dari para mantan murid Gerrit Singgih (yang terbagi ke dalam 11 bab) serta ditambah sebuah bab khusus yang berisi berbagai kumpulan komentar (dari yang serius sampai bergurau) dari para mantan murid yang lain.
Ke-11 tulisan itu dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis kupasan: 1) mengupas isi pemikiran Gerrit Singgih, 2) mengupas gaya/ciri khas pemikiran Gerrit Singgih, dan 3) mengupas kepribadian/kehidupan Gerrit Singgih (berasal dari hubungan pribadi dengan beliau).
Beberapa tulisan termasuk ke dalam golongan yang kedua. Misalnya, tulisan dari Pdt. Wahju S. Wibowo mengupas salah satu ciri khas Gerrit Singgih dalam mengajar dan menulis: menghubungkan filsafat dan teologi. Banyak mahasiswa Gerrit yang mengeluh karena dosen mereka ini mengajar teologi dengan mengaitkannya pada filsafat. Tulisan ini mencoba menelusuri alasannya, yaitu bahwa keduanya dapat saling melengkapi. Pdt. Daniel K. Listijabudi menggali salah satu segi lain dari gaya Gerrit: cara menafsir. Tulisan Daniel ini terbilang sangat penting, karena ia memperlihatkan beberapa ciri khas Gerrit dalam tulisan tafsirannya, seperti gaya bahasa, tema-tema pokok/favorit, model tafsiran, dan beberapa hal lain. Bahkan, ia sempat mengutip beberapa paragraph dari tulisan Gerrit dalam bidang tafsir sebagai bukti dan kesempatan bagi pembaca untuk mencicipi gaya tafsir Gerrit.

Selain kedua tulisan itu, masih ada beberapa tulisan lain yang masuk ke dalam golongan kedua. Salah satu tulisan yang termasuk ke dalam golongan pertama adalah tulisan Pdt. Asnath N. Natar. Tulisannya mengupas tentang tema feminisme dalam pemikiran Gerrit Singgih. Ia secara kritis menilai kembali pokok-pokok feminism dalam tulisan Gerrit. Walaupun ia menilai kritis beberapa poin dari pemikiran Gerrit, ia tetap memuji dan mengedepankan Gerrit sebagai seorang laki-laki yang peduli dengan perempuan dan tema-tema feminism pada umumnya. Selain itu, masih ada beberapa tulisan lain yang masuk ke dalam kategori ini, seperti tulisan dari Victorius A. Hammel yang menyoroti pemikiran politik Gerrit, Besly Messakh (pemikiran Gerrit mengenai pelayanan pastoran gereja di Indonesia), dan Djoko Prasetyo (pemikiran Gerrit mengenai budaya malu sebagai konteks berteologi di Indonesia).
Dua tulisan dari Pdt. Firman Panjaitan dan Pdt. Jan Calvin Pindo merenungkan pengalaman pribadi dalam perjumpaan penulis dengan Gerrit Singgih. Firman Panjaitan mencoba mempertimbangkan kembali pengalamannya yang sering bertengkar dengan Gerrit. Ia mengalaminya sebagai suatu pengalaman yang menarik dan tidak selalu bermakna jelek.

Salah satu segi baiknya adalah, baik dirinya maupun Gerrit tetap selalu bersahabat baik setelah saling mendiamkan satu sama lain. Sementara itu, Jan Calvin Pindo mencatat berbagai macam seruan jangan yang pernah dilontarkan Gerrit kepada anak-anak asrama dan/atau para mahasiswanya. Beberapa jangan yang menarik adalah: Jangan seperti kirim telegram, yaitu seruan Gerrit agar para mahasiswa jangan menjawab terlalu singkat atas pertanyaan yang diajukannya. Selain itu, ada Jangan lompat gerbang, yaitu peringatan dari Gerrit Singgih agar anak-anak asrama sebaiknya menginap saja di rumah teman mereka karena pulang terlalu malam setelah, misalnya, menonton bioskop daripada harus melompat gerbang asrama.

2 komentar: