Libri adalah sebuah imprint BPK Gunung Mulia. Kata Libri berasal dari bahasa Latin liber libri yang berarti buku atau pustaka. Libri menerbitkan buku-buku umum yang mengandung nilai kemanusiaan, mendorong munculnya semangat religius, humanis, pluralis, inklusif, cerdas, berwawasan luas, profesional, berbudaya. Libri memfasilitasi dengan buku-buku untuk membantu mencapai keseimbangan hidup. Oleh karena itu, tagline Libri adalah “Balancing Your Life” …
Laman
- Beranda
- BISNIS DAN MANAJEMEN
- HUMANIORA
- HUBUNGAN ANTARAGAMA
- KESEHATAN
- PENGASUHAN ANAK
- MOTIVASI
- PSIKOLOGI
- BIOGRAFI/TOKOH
- MUSIK DAN LAGU
- PERPUSTAKAAN
- NOVEL UMUM
- SERI GERONIMO STILTON
- LITTLE HOUSE - SERI LAURA
- LITTLE HOUSE - SERI CHARLOTTE
- LITTLE HOUSE - SERI CAROLINE
- LITTLE HOUSE - SERI ROSE
- KALENDER
- BUKU ANAK
- LIBRI PUNYA CERITA
Senin, 02 Juni 2014
KELILING INDONESIA DARI ERA BUNG KARNO SAMPAI SBY
Judul KELILING INDONESIA DARI ERA BUNG KARNO SAMPAI SBY
Subjudul Sebuah Catatan Perjalanan Wartawan Nekat
Penulis Gerson Poyk
No. ISBN 978-979-687-786-7
Kode buku 25 21 02 01 00
Ukuran 14,5 x 21 cm
Halaman 320 (308 + xii)
Harga Rp60.000
Daftar Isi
1. Anak Rote di Bumi Jakarta
2. Wartawan Gila dan Gilanya Wartawan
3. Wartawan Gila dan Gilanya Wartawan (2)
4. Ini Tentara, Bung!
5. Wartawan = Intel?
6. Wartawan = Intel? (2)
7. Bersama AURI jadi Mantri Cacar
8. Tidak Usah Bayar. Ini Pesawat SayaÂ
9. Minum Jahe yang Bikin Pusing
10. Minum Jahe yang Bikin Pusing (2)
11. Revolusi Pak Guru
12. Jadi Anak Gubernur di Sulawesi
13. Maumere dan Sebersit Cita-cita
14. Keluarga Bung Karno yang Berkulit Gelap
15. Mitos Mau dan Persamaan Lain
16. Balibo Indah Gambar dari Rupa
17. Jalan Sengsara menuju Meliana dan Atulia
18. Hari Pasar di Atulia
19. Ermera Daerah Terkaya karena Kopi
20. Dili Anno 1951, Dili Anno 1974
21. Menyusuri Jalan Daendels dan Sekitarnya
22. Kisah Malam antara Anyer dan Cikalong
23. Menjadi Kalong di Cikalong
24. Dari Jakarta Berjalan Menuju Pulau Kota
25. Ke Kota Warteg
26. Renungan Panjang dari Perjalanan Malam
27. Renungan dari Kuningan
28. Dari Kuningan Memasuki Nuansa Dini Hari Malioboro
29. Nuansa Malioboro
30. Memancing Ikan yang Menggelepar di Bawah Terik Matahari
31. Malioboro
32. Memasuki Solo
33. Melewati Malam Kudus Bersama Mbakyu
34. Dari Kudus Memasuki Surabaya
35. Akhir Perjalanan Antara Surabaya-Panarukan
36. Cahaya Memantul di Teluk Jayapura
37. Menjamah Tonggak Batas RI-PNG
38. Rahasia di Bawah Lautan Mega
39. Inilah Medan, Berdebu dan Penuh Kekerasan
40. Tapanuli Kekurangan Tenaga Manusia
41. Aceh: Pusat Orang Asing dan Intelektual
42. Kekayaan Aceh Menantang Kaum Muda
43. Daerah Gempa Dipadati Rumah-rumah Beton
44. Ulos Tenunan Khas yang Mewarnai Acara-acara Resmi
45. Pertanian Terpadu Belum Memasyarakat
46. Kekasaran dan Ketidakbersihan Harus Dipungkas
47. Gunung-gunung Gundul Sipirok Perlu Penghijauan
48. Orang Minang Juga Mau Berkotor Tangan
49. Gunung-gunung Singkarak Masih Saja Dikupas Petani
50. Tukang-tukang Pun Harus Ikut Memiliki Jalan-jalan Mulus Itu
51. Daging Tikus dan Kebun Jari-jari sepeda di Manggarai (1)
52. Daging Tikus dan Kebun Jari-jari sepeda di Manggarai (2)
53. Sabun Melorot Lewat Celana di Manado
54. Semut Pencari Gula di Pelabuhan Bitung
55. Tour de Borneo: Garpu Terpanjang di Dunia
56. Tour de Borneo: Taman Folklor yang Besar tapi Terbengkalai
Sinopsis
Benarkah Bung Karno memiliki “keluarga gelap” dari Rote? Rasa-rasanya mustahil, kecuali kalau kabar ini muncul akibat muslihat cerdik seorang jurnalis yang dijuluki “Gelap Poyk”. Seorang guru yang membelot menjadi wartawan sekaligus penulis nyeniman, ia juga memiliki sederet profesi sampingan lainnya seperti tukang tilep berita, asisten mantri cacar, tentara gadungan, dan pelancong bermodal dengkul. Petualangan nekat itu membawanya ke seantero Indonesia, yang disusurinya hingga pojok-pojok tergelap dan terjoroknya. Dan semua itu dilakoninya demi menghasilkan tulisan yang membuatnya sempat “didewakan” di bumi Parahiyangan dan diangkat anak oleh seorang gubernur sekaligus nyaris dibacok di Jalur Trans-Sumatra.
Sebuah laporan penjelajahan negeri dengan bahasa yang ringan dan nakal tetapi berbobot dan penuh makna, buku ini dapat menjadi saksi pertumbuhan dan perkembangan beberapa bagian dari negeri ini dari zaman Sukarno sampai SBY.
Inilah catatan perjalanan seorang jurnalis petualang kawakan yang dapat dijadikan renungan dan perbandingan: bagaimana Indonesia dulu dan bagaimana Indonesia beberapa dasawarsa sesudahnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar